Fenomena
praktik pendidikan saat ini, khususnya di sekolah dasar menunjukan
kecenderungan yang kuat dalam hal pengkotakan bidang studi. Misalkan akan
belajar tentang “uang”, anak mempelajarinya secara terpisah-pisah dalam kemasan
masing-masing bidang studi. Ada uang dalam matematika, IPS, PKn, ataupun bahasa
indonesia. Selain itu, praktik pembelajaran saat ini juga hanya menekankan pada
pencapaian efek instruksionalnya saja. Padahal belajar tidak sebatas memperoleh
informasi, tetapi belajar untuk memahami. Untuk itu, dalam kegiatan
pembelajaran perlu adanya pengembangan topik generatif, pengajaran yang
ditekankan pada pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, berorientasi pada
pencapaian instruksional effect
dan nurturant effect. Pembelajaran
seharusnya dikemas yang tidak hanya mengembangkan pada satu ranah saja, tetapi
mencakup seluruh ranah perkembangan anak yang meliputi pengembangan fisik,
sosial, emosi, dan kognitif. Hal ini karena perkembangan anak bersifat
holistik. Aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek
perkembangan yang lain. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan sosial, emosi, dan kognitif ataupun sebaliknya.
Perkembangan-perkembangan tersebut akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan,
dan lingkungan anak. Untuk itu perlu adanya suatu pengemasan pembelajaran yang
mengacu pada terwujudnya keterpaduan pembelajaran yang hal ini disesuaikan
dengan khakikat perkembangan anak yang terjadi secara holistik, karakteristik
belajar anak, serta kondisi objektif dan kebutuhan anak. Dengan terwujudnya
pembelajaran terpadu diharapkan akan terjadi pergeseran iklim belajar dari
instruksional ke transaksional, yang sebelumnya pembelajaran hanya terjadi
dalam satu arah, kurikulum formal, orientasi kelompok, dan berpusat pada guru
akan beralih ke pembelajaran yang multi arah, kurikulum eksperiensial,
orientasi individual, dan berpusat pada siswa.
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa
kajian bidang studi (bisa dalam satu mapel/beberapa mapel/antar dan inter
mapel) untuk memberikan pengalaman bermakna (pengalaman langsung dan konkret)
kepada anak. Pembelajaran ini beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat
perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik
berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun bidang studi lain sehingga
dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan. Akan
tetapi harus diiingat bahwa dalam eksplorasi tema untuk menemukan berbagai
konsep perlu suatu pengontrolan agar tetap sesuai dengan tingkat kemampuan dan
karakteristik anak, ketersediaan sumber, kemampuan guru mengorganisasi, dan
pengendalian agar jangan terlalu overlapping
ke tingkat berikutnya.
Pembelajaran
terpadu memiliki ciri-ciri: berpusat pada anak, memberikan pengalaman langsung,
pemisah antar bidang studi tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai
bidang studi, bersifat luwes, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat
dan kebutuhan anak. Melihat ciri-ciri tesebut, pembelajaran terpadu memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain: pengalaman dan kegiatan
belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak, kegiatan
yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak, seluruh
kegiatan belajar mengajar lebih bermakna, menumbuhkembangkan keterampilan
berpikir, menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis, menumbuhkembangkan
keterampilan sosial anak. Adapun keterbatasannya terkait dengan masalah
penyelenggaraan, keterbatasan konteks pelaksanaan, dan juga sifat konservatif
dan kurang profesionalismenya guru dan para pelaksana pendidikan.
Pelaksanaan
pembelajaran terpadu harus berlandaskan pada pemikiran-pemikiran progresivisme, kontruktivisme, dan developmentally approprite practice.
Sedangkan prinsip-prinsipnya yang meliputi prinsip dalam penggalian tema, evaluasi,
dan refleksi harus benar-benar disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran
terpadu. Pembelajaran terpadu menitik beratkan
pada kebermaknaan belajar bagi siswa. Untuk itu, implementasinya harus
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa sehingga perlu mempertimbangkan
tentang bagaimana sifat materi, cara penerpaduan, penerapan pemaduan, waktu
pelaksanaan, dan unsur pemicu keterpaduan. Pelaksanakanaannya pun dapat
dilakukan melalui berbagai dimensi karena pada dasarnya keterpaduan belajar itu
spontan dan alamiah.
0 komentar:
Posting Komentar