Pages

Selasa, 20 November 2012

MODEL PEMBELAJARAN AREA


Model Pembelajaran adalah suatu design atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak.
Pembelajaran Area adalah pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keragaman budaya yang menekankan prinsip:
1. Pengalaman pribadi anak.
 2. Membantu anak membuat pilihan-pilihan dan keputusan melalui aktivitas-aktivitas dalam area yang sudah disiapkan.
 3. Keterlibatan keluarga dalam pembelajaran.
 Di dalam model ini anak didik diberi kesempatan untuk memilih / melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minat mereka.
 Pilar Model Pembelajaran Area :
1. Konstruktivisme
2. Pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
 3. Pendidikan progresif.
Semua kegiatan dalam pembelajaran ini didasarkan pada minat anak, tingkat perkembangan kognitif dan kematangan sosioemosional, mendorong rasa ingin tahu alamiah anak, kegembiraan terhadap pengalaman-pengalaman panca indera dan keinginan untuk menjelajahi gagasan-gagasan baru anak itu sendiri. Pelaksanaan pendidikan progresif dibangun berdasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak dan konstroktivisme ini.
Area yang disiapkan :
1. Area Agama : maket tempat ibadah dan alat peraga tata cara ibadah agama-agama di Indonesia, misalnya sebagai berikut: Islam : maket masjid, gambar tata cra shalat, gambar tata cara berwudhu, sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, dst. Hindu : maket pura, gambar orang menuju ke Pura, tiruan sesaji. Kristen/Katolik : maket gereja, Alkitab, rosario. Budha : maket pura, maket candi Budha, gambar bikhu. Kong Hucu : maket kelenteng, foto orang sembahyang.
 2. Area Balok : Balok dengan berbagai bentuk, ukuran, dan wama, leggo, lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan geometri dari triplek berbagai ukuran dan warna, kotak geometri, kendaraan mainan (kendaraan laut, udara, darat), rambu-rambu lalu lintas, kubus berpola, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, lidi, tusuk es krim, tusuk gigi, bola dengan berbagai ukuran dan warna, kardus bekas, dan sebagainya.
3. Area Berhitung/Matematika : lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang, puzzle, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran panjang-pendek, ukuran tebal-tipis, tutup botol, pensil, manik-manik, gambar buah-buahan, penggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa (angka), kalender, gambar bilangan, papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan, lembar kerja, dan sebagainya.
 4. Area IPA : macam-macam tiruan binatang, gambar-gambar perkembangbiakan binatang, gambar-gambar proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras), kerang, batu kali, pasir, bunga karang, magnet, mikroskop, kaca pembesar (l'up), pipet, tabung ukur, timbangan kue, timbangan bebek (sebenamya), galas ukuran, gelas pencampur wama, nuansa warna, pita meteran, penggaris, benda-benda kasar-halus (batu, batu bata, amplas, besi, kayu, kapas, kain, kulit kayu, kulit binatang, dan lain-lain), benda-benda untuk pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi, asam, cuka, garam, sirup, cabe, dan lain-lain), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun asam, jahe, kunyit, jinten, dan lain-lain). Pengenalan bau aroma.
 5. Area Musik : Seruling, kastanyet, marakas, organ kecil, tamburin, kerincingan, triangle, gitar kecil, balok kayu, kulintang, angklung, biola, piano, harmonika, gendang, rebana, dan sebagainya dengan menyesuaikan pada keunikan daerah masing-masing.
6. Area Bahasa : buku-buku cerita, gambar seri, kartu kategori kata, kartu nama-nama hari, boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama bulan, majalah anak, koran, macam-macam gambar sesuai tema, dan sebagainya.
7. Area Membaca dan Menulis : buku tulis, pensil warna, pensil, kartu huruf, kartu kategori. kartu gambar, kertas piano, spidol, ballpoint dan sebagainya.
 8. Area Drama : tempat tidur anak (boneka), almari kecil, meja kursi kecil (meja tamu. boneka-boneka, tempat jemuran, setrika dan meja setrika, baju-baju besar, handuk, bekas make up, minyak wangi, sisir, kompor-komporan, penggorengan, dandang tiruan, piring, sendok, garpu, gelas, cangkir, teko, keranjang belanja, pisau mainan, ulekan/cobek, mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu/sandal, rak sepatu, cermin, mixer, blender, sikat gigi, odol, telepon-teleponan, tiruan baju tentara dan polisi, tiruan jas dokter, dan sebagainya. 9. Area Pasir/Air : bak pasir/bak air, aquarium kecil, ember kecil, gayung, garpu, •garuk, botol-botol plastik, tabung air, cangkir plastik, literan air, corong, sekop kecil, saringan pasir, ,serokan, cetakan-cetakan pasir/cetakan agar-agar berbagai bentuk, penyiram tanaman, dan sebagainya.
10. Area Seni/Motorik : meja gambar, meja kursi anak, krayon, pensil berwama, pensil, kapur tulis, kapur warna, arang buku gambar, kertas lipat, kertas koran, lem, gunting, kertas warna, kertas kado, kotak bekas, bahan sisa, dan sebagainya.
 PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU YAITU : 1. Alat bermain, sarana prasarana diatur sesuai dengan area yang diprogram pada hari tertentu. 2. Kegiatan belajar dapat dilakukan dengan menggunakan meja-kursi, karpet, atau tikar, sesuai dengan alat yang digunakan. 3. Pengaturan area memungkinkan guru dapat melakukan pengamatan sehingga dapat memberikan motivasi, pembinaan, dan penilaian. 4. Guru memperhatikan perbedaan individual setiap peserta didik pada saat mereka melakukan kegiatan di area. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
 1. KEGIATAN AWAL / KLASIKAL (kira2 30 menit).
• Kegiatan yang dilaksanakan adalah melatih pembiasaan, misalnya menyanyi, memberi salam dan berdoa. Bercerita tentang pengalaman sehari-hari dan setiap anak bercerita, 3 atau 4 anak bertanya tentang cerita anak tersebut, membicarakan tema/sub tema, melakukan kegiatan fisik/motorik yang dapat dilakukan di luar atau di dalam kelas.
2. KEGIATAN INTI/SECARA INDIVIDUAL DI AREA (kira-kira 60 menit)
 • Sebelum melaksanakan kegiatan inti, guru bersama anak-anak membicarakan tugas-¬tugas di area yang akan diprogramkan. Setelah itu peserta didik dibebaskan memilih area yang disukai sesuai dengan minatnya. • Guru menjelaskan kegiatan-kegiatan di dalam area yang diprogramkan. Area yang dibuka setiap hari disesuaikan dengan indikator yang dikembangkan dan sarana pembelajaran yang ada. Anak dapat berpindah area sesuai dengan minatnya tanpa ditentukan oleh guru. Apabila terdapat anak tidak mau melakukan kegiatan di area yang diprogramkan, guru harus memotivasi anak tersebut agar mau melakukan kegiatan. Guru dapat melayani anak dengan membawakan tugasnya ke area yang sedang diminatinya.
 3. ISTIRAHAT/MAKAN (kira-kira 30 menit)
 • Kegiatan makan bersama, menanamkan pembiasaan yang baik, misalnya cuci tangan, berdoa sebelum dan sesudah makan, tata tertib makan, mengenalkan jenis makanan bergizi, menumbuhkan rasa sosial (berbagi makanan) dan kerjasama. Melibatkan anak membersihkan sisa makanan dan merapikan peralatan makan yang telah digunakan. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang tersisa dapat digunakan untuk bermain dengan alat permainan yang bertujuan mengembangkan fisik/motorik. Apabila dianggap waktu untuk istirahat kurang, guru dapat menambah waktu istirahat dengan tidak mengambil waktu kegiatan lainnya, misalnya bermain sebelum kegiatan awal atau sesudah kegiatan penutup.
4. KEGIATAN AKHIR/KLASIKA (kira-kira 30 menit)
 • Kegiatan akhir dilaksanakan secara klasikal misalnya menyanyi, cerita dari guru atau membaca puisi, dilanjutkan dengan diskusi tentang kegiatan satu hari dan menginformasikan kegiatan esok hari, berdoa, salam, dan pulang.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN AREA
Kelebihan : 1. Sangat efektif yang dikembangkan dalam pembelajaran secara individu. 2. Membantu anak dalam mengumpulkan benda-benda yang telah disusun disekitar satu atau lebih dimana anak dapat berinteraksi dengan media tersebut. 3. Kemampuan anak dalam belajar lebih optimal dan anak akan cenderung aktif. 4. Kemampuan anak dalam belajar lebih optimal.
Kekurangan : 1. Perbedaan cara belajar, motivasi, kemampuan dan minat anak kadang kurang di cermati oleh guru. 2. Kurang tepatnya penempatan area juga mempengaruhi kenyamanan anak dalam belajar. Misalnya untuk area pasir ditempatkan di dekat pintu agar kalau air tumpah atau pasir tercecer mudah dibersihkan dan tidak tercecer keseluruh ruangan.

Pada Intinya, model pembelajaran area pada dasarnya tidak berbeda dengan model-model pembelajaran lainnya karena selama proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan observasi dan mencatat segala hal yang terjadi, baik yang menyangkut perkembangan peserta didik maupun program kegiatannya maupun terhadap perkembangan peserta didik sesuai dengan indikator dan alat penilaian yang telah ditetapkan

ARTIKEL PEMBELAJARAN



Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di manapun dan kapan pun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan dalam proses berfikir(aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hirarki konsep materi pembelajaran, dan rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsure penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Dalam proses belajar tersebut diperlukan proses belajar yang dapat memberikan makna bagi siswa. Maksud bermakna  disini adalah memberikan suatu pengalaman belajar yang dapat di ingat dan membekas dalam memori peserta didik sampai sepanjang hayat. Dari sinilah dalam proses pembelajaran peserta didik di butuhkan suatu media atau alat yang di gunakan untuk mempermudah guru dalam penyampaian materi. Media disini tentu media yang dapat memberikan kesan dan menarik untuk di simak, sehingga proses belajar dapat berjalan dengan penuh semangat, berwarna, bermakna, dan menyenangkan. Ciri-ciri pembelajaran :
1. merupakan upaya sadar dan disengaja
2. pembelajaran harus membuat siswa belajar
3. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
4. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya
Pada proses pembelajaran sehari-hari, selain guru yang diharuskan memiliki sebuah rancangan dalam proses pembelajaran, atau rencana untuk melaksanakan proses kegiatan sehari dalam hal ini silabus dan RPP. Selain kedua hal tersebut guru juga membutuhkan sebuah media untuk mempermudah menyampaikan materi dalam kegiatan belajar. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. 
Dalam Proses belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari Guru kepada peserta didik. Kelancaran Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh Media Pembelajaran yang digunakan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian  hipotesa. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.


Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
  1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
  2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
  3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
  4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
  5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
  8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.


Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
  5. Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll.

Email : rizkapangesty@gmail.com
Oleh  RIZKA DWI HARINI PANGESTUTI / 11.1.01.10.0303










Membuat Media Pembelajaran yang Menarik


Dunia pendidikan dewasa memasuki era dunia media, di mana kegiatan pembelajaran menuntut dikuranginya metode ceramah dan diganti dengan pemakaian banyak media. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaran saat ini yang menekankan pada keterampilan proses dan aktif learning, maka kiranya peranan media pembelajaran (yang dalam uraian selanjutnya sering disebut media), menjadi semakin penting. Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut ini: sebagai alat untuk membuat pembelajaran yang lebih efektif, mempercepat proses belajar, meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar, mengkongkretkan yang abstrak sehingga dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme. Perencanaan dalam pembuatan media meliputi: Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, Perumusan tujuan, memilih, merubah dan merancang media pembelajaran, perumusan materi, pelibatan siswa dan evaluasi (Evaluation). Untuk mengembangkan media pembelajaran perlu diperhatikan prinsip VISUALS, yang dapat digambarkan sebagai singkatan dari kata-kata: Visible: mudah dilihat, Interesting: menarik, Simple: sederhana, Useful: isinya berguna/bermanfaat, Accurate: Benar (dapat dipertanggungjawabkan), Legitimate: masuk akal/sah, Structured: terstruktur/tersusun dengan baik. Beberapa media yang dapat dibuat dan dipergunakan dalam pembelajaran ekonomi antara lain: flipchart, flannel graph, flash card, barang bekas, powerpoint dan lain-lain.
Pelajar belajar dengan lebih efektif berdasarkan kecerdasan minda. Kecerdasan minda pula bermaksud kebolehan berfikir secara efektif, membuat generalisasi serta memilih untuk mengambil sesuatu tindakan terhadap satu situasi yang bermasalah. Kecerdasan minda seseorang itu berubah-ubah berdasarkan rangsangan dan pengalaman yang diterimanya. Oleh itu, guru berperanan untuk merangsang minda pelajar dan membolehkan mereka menginterpretasi mesej yang ingin kita sampaikan melalui rangsangan dengan cara yang positif agar pembelajaran berlangsung dengan berkesan. Sesi pengajaran dan pembelajaran di bilik darjah yang mewujudkan iklim humor ini akan memastikan suasana pengajaran dan pembelajaran yang menyeronokkan serta lebih mudah difahami dan kekal dalam ingatan.
Pengajaran yang Berkesan
Para penyelidik di Barat berpendapat menyelitkan unsur humor dalam pengajaran dan pembelajaran dapat menyumbang kepada persekitaran pembelajaran. Hal ini dapat meningkatkan perhatian dan motivasi di kelas serta dapat menggalakkan pelajar supaya berfikir secara lebih kreatif dan terbuka kepada idea-idea baharu. Humor dapat membantu pelajar untuk belajar menaakul (membuat pertimbangan menggunakan akal), mendengar dengan baik dan menghargai masyarakat. Oleh yang demikian, sewaktu merancang aktiviti dalam rancangan pengajaran, guru harus mempertimbangkan hal-hal yang berikut:
a.    Pengajaran itu membolehkan pelajar memperoleh kemahiran, pengetahuan dan sikap yang telah ditetapkan.
b.    Pengajaran mestilah seronok dan digemari pelajar.
c.    Pengajaran tersebut melibatkan penyertaan pelajar secara interaktif dengan menggunakan teknik pembelajaran yang pelbagai.
Yang berikut ialah beberapa cara atau bahan yang boleh digunakan untuk menyelitkan humor dalam pengajaran:
-  Jenaka
-  Penggunaan lagu-lagu dan musik
-  Cerita lucu
-  Pantun jenaka dan pantun kanak-kanak
-  Komen lucu
-  Kaedah pencerita yang dramatik
-  Sindiran
-  Penggunaan bahan kartun atau karikatur
-  Video
-  Aksi (lakonan)
-  Bahan komik daripada surat kabar dan majalah
Kesimpulan
Cabaran utama dalam kajian ini bergantung kepada kreativiti guru untuk menggunakan bahan yang menarik untuk menyampaikan pengajaran mereka. Strategi seperti ini memerlukan perancangan yang mendalam dan kepekaan guru untuk sentiasa membuka mata bagi mencari bahan yang boleh digunakan untuk pengajaran. Cabaran kedua terletak kepada personaliti guru serta hubungan mereka dengan pelajar terutama sekali dalam mengaplikasikan kaedah guru.
Cloud Callout: NAMA : SANTI MEILIASARI
KELAS : 2h
NPM : 11.1.01.10.0318berlakon sebagai pencerita dramatik. Cabaran ini boleh diatasi jika guru membuang rasa malu untuk menggerakkan badan, menggunakan mimik muka yang dramatik serta intonansi suara yang menarik sewaktu bercerita. Jika guru tidak dapat membuang rasa malu, pelajar juga akan terikut-ikut berasa malu dan tidak mahu terlibat secara aktif sewaktu pengajaran dan pembelajaran sedang berlangsung. Semoga dengan adanya inisiatif guru untuk menyelitkan unsur humor yang segar dalam setiap kegiatan pembelajaran, maka akan wujudlah sesi pengajaran dan pembelajaran yang lebih menarik di bilik darjah kita.

PRAKTIK PEMBELAJARAN MASA KINI di SD


Fenomena praktik pendidikan saat ini, khususnya di sekolah dasar menunjukan kecenderungan yang kuat dalam hal pengkotakan bidang studi. Misalkan akan belajar tentang “uang”, anak mempelajarinya secara terpisah-pisah dalam kemasan masing-masing bidang studi. Ada uang dalam matematika, IPS, PKn, ataupun bahasa indonesia. Selain itu, praktik pembelajaran saat ini juga hanya menekankan pada pencapaian efek instruksionalnya saja. Padahal belajar tidak sebatas memperoleh informasi, tetapi belajar untuk memahami. Untuk itu, dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya pengembangan topik generatif, pengajaran yang ditekankan pada pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, berorientasi pada pencapaian instruksional effect dan nurturant effect. Pembelajaran seharusnya dikemas yang tidak hanya mengembangkan pada satu ranah saja, tetapi mencakup seluruh ranah perkembangan anak yang meliputi pengembangan fisik, sosial, emosi, dan kognitif. Hal ini karena perkembangan anak bersifat holistik. Aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sosial, emosi, dan kognitif ataupun sebaliknya. Perkembangan-perkembangan tersebut akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungan anak. Untuk itu perlu adanya suatu pengemasan pembelajaran yang mengacu pada terwujudnya keterpaduan pembelajaran yang hal ini disesuaikan dengan khakikat perkembangan anak yang terjadi secara holistik, karakteristik belajar anak, serta kondisi objektif dan kebutuhan anak. Dengan terwujudnya pembelajaran terpadu diharapkan akan terjadi pergeseran iklim belajar dari instruksional ke transaksional, yang sebelumnya pembelajaran hanya terjadi dalam satu arah, kurikulum formal, orientasi kelompok, dan berpusat pada guru akan beralih ke pembelajaran yang multi arah, kurikulum eksperiensial, orientasi individual, dan berpusat pada siswa.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa kajian bidang studi (bisa dalam satu mapel/beberapa mapel/antar dan inter mapel) untuk memberikan pengalaman bermakna (pengalaman langsung dan konkret) kepada anak. Pembelajaran ini beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun bidang studi lain sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan. Akan tetapi harus diiingat bahwa dalam eksplorasi tema untuk menemukan berbagai konsep perlu suatu pengontrolan agar tetap sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik anak, ketersediaan sumber, kemampuan guru mengorganisasi, dan pengendalian agar jangan terlalu overlapping ke tingkat berikutnya.
Pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri: berpusat pada anak, memberikan pengalaman langsung, pemisah antar bidang studi tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai bidang studi, bersifat luwes, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan anak. Melihat ciri-ciri tesebut, pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain: pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak, kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak, seluruh kegiatan belajar mengajar lebih bermakna, menumbuhkembangkan keterampilan berpikir, menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis, menumbuhkembangkan keterampilan sosial anak. Adapun keterbatasannya terkait dengan masalah penyelenggaraan, keterbatasan konteks pelaksanaan, dan juga sifat konservatif dan kurang profesionalismenya guru dan para pelaksana pendidikan.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu harus berlandaskan pada pemikiran-pemikiran progresivisme, kontruktivisme, dan developmentally approprite practice. Sedangkan prinsip-prinsipnya yang meliputi prinsip dalam penggalian tema, evaluasi, dan refleksi harus benar-benar disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menitik beratkan pada kebermaknaan belajar bagi siswa. Untuk itu, implementasinya harus disesuaikan dengan usia perkembangan siswa sehingga perlu mempertimbangkan tentang bagaimana sifat materi, cara penerpaduan, penerapan pemaduan, waktu pelaksanaan, dan unsur pemicu keterpaduan. Pelaksanakanaannya pun dapat dilakukan melalui berbagai dimensi karena pada dasarnya keterpaduan belajar itu spontan dan alamiah.
 

Blogger news

Blogroll

About